Jakarta,(Humas
MTsN 33 ),Duduk bersebelahan dengan secarik kertas, seorang coach (
orang yang mengcoaching orang lain ) dengan intonasi suara pelan,memberikan beberapa pertanyaan
kepada Coachee (orang yang sedang di coaching). Fadel seorang mahasiswa
tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi jakarta ini mengalami
masalah bosen di kelas, tugas kuliah yang menumpuk, UAS tidak belajar,
tugas dikerjakan tidak maksimal selalu mengumpulkan di akhir-akhir batas
waktu.
Berikut ini percakapannya,
Coach : “Seberapa pentingnya mengerjakan tugas kuliah menurut kamu ?”
Coachee : “Sebenarnya
sih, mengamankan nilai, tugas itu memacu kita untuk belajar, dan tugas
itu melatih etos kerja kita yang nantinya dalam dunia kerja”.
Coach : “Apa sih pentingnya kamu mengerjakan tugas dengan baik ?”.
Coachee : “Hidup saya akan tenang dan saya bisa mengerjakan hal-hal lainnya”.
Coach : “Apa sih pentingnya ketenangan dalam hidup kamu ketika mengerjakan tugas dengan baik ?”.
Coachee : ”Saya bisa mengerjakan hal-hal yang lainnya, dalam otak saya ada space buat istirahat”.
Coach : “Hal terkecil apa yang bisa kamu lakukan untuk mengerjakan tugas dengan baik ?”.
Coachee : “Saya akan langsung liat berkas, kemudian tidak menunda-nunda , langsung saya kerjakan”.
Diatas
merupakan percakapan yang didemontrasikan, Iis Susilowati, seorang
Coach bersertifikat internasional,dihadapan peserta yang hadir dalam
pelatihan coaching for teacher yang diselenggarakan Maxima Indonesia di
Roemah Djawa beralamatkan Jl. Gudang Peluru Timur Tebet Jakarta Selatan,
Sabtu (28/1).
Diikuti sekitar 30 peserta yang terdiri dari para
pendidik, praktisi pendidikan dan mahasiswa, Lulusan S1 Ekonomi
Manajemen ini memberikan penjelasannya tentang pentingnya coaching yang
bisa digunakan di sekolah untuk mengurai permasalahan yang dihadapi
siswa sehingga muncul ide-ide kreatif berupa solusi dan semua itu muncul
dari siswa itu sendiri.
“Teknik coaching ini bisa menguraikan
masalah dan digali bagaimana mencari solusinya dan itu semua didapat
dari diri siswa sendiri”, paparnya
Alumni Kelas Inspirasi
Program Indonesia Mengajar juga menjelaskan, bahwa menjadi seorang coach
harus mempersiapkan diri berupa persiapan dalam diri coach itu sendiri.
Seperti cara berifikir terhadap orang lain, kemudian tanamkan dalam
pola pikir, dimana seorang coach tidak bisa mengubah orang lain, hanya
diri coachee sendirinya lah yang bisa merubahnya, dan tak kalah
pentingnya selalu berfikir positif terutama bahwa setiap orang ini
merubah dirinya butuh waktu, paparnya.
Baru setelah itu, Iis
mencontoh teknik bertanya dari bentuk pertanyaan-pertanyaan coaching.
Pertanyaan-pertanyaan dasar itulah merupakan kunci keberhasilan seorang
coach sehingga dengan pertanyaan itu, coachee mampu digali solusinya.
Sementara
itu dalam sesi evaluasi, Asep Mulyana, guru MTsN 33 Jakarta yang ikut
dalam pelatihan tersebut mengapresiasikan pelatihan yang diselenggarakan
Maxima Indonesia, pelatihan ini penting baginya karena sebagai pembina
Osis, dia dipercaya siswa untuk mendengar curhatan mereka ,sehingga ilmu
yang diberikan pada pelatihan kali ini akan diterapkannya di sekolah.