Rabu, 26 Februari 2014

DADDY LOVERS LAWAN KECURANGAN UN

Memasuki akhir tahun pelajaran 2010/2011 dimana beberapa bulan lagi siswa kelas 9 akan menghadapi ujian penentuan kelulusan melalui Ujian Nasional, saya dapat jam tambahan mengajar kelas 9 untuk mata pelajaran fisika, saya mendapatkan satu kelas yaitu kelas 9.2. Mendapatkan tugas mengajar kelas 9 memiliki arti dan tantangan tersendiri buat saya yang merupakan guru baru waktu itu. Berbekal pengalaman mengajar di STM yang mayoritas siswanya laki-laki jadi bekal dan modal buat saya menghadapi karakter siswa kelas 9. 

Singkat cerita , dan menjadi awal dan kisah lain yang ingin saya ceritakan dan ini menjadi pengalaman saya sebagai guru walau saya sadar hanya bisa menjadi guru yang hanya mengajar materi, sedikit motivasi dan sedikit menjadi teman buat mereka. Untuk menjadi teladan bagi mereka sepertinya masih jauh sekali apalagi terbiasa mengajar di bimbingan belajar masih melekat sedikit ceplas-ceplos sama siswa layaknya teman sebaya.

Selain mengajar saya juga bertugas menjadi petugas piket, atas kebijakan kepala sekolah setiap petugas piket di tempatkan masing-masing setiap lantai. Tahun itu petugas piketnya berjumlah tiga orang setiap harinya.

Saat giliran di lantai 3 saya duduk sendiri ,bertemankan buku soal-soal fisika untuk SMP, tiba-tiba ada seorang siswi menghampiri dengan menjinjing buku yang pada akhirnya saya tahu buku tersebut adalah soal -soal UN SMP. “Pak ajarin saya fisika dunk, saya lemah banged di fisika “.Sambil meletakan bukunya di atas meja piket dengan nada memelas akhirnya saya menyanggupi apalagi tampak dari raut wajahnya penuh keseriusan untuk belajar.

Akhirnya disepakati tempat sehabis pulang sekolah sekali dalam seminggu, kita belajar di masjid sekolah. Sebagai pertemuan awal saya memasang target nilai untuk mata pelajaran IPA dengan nilai 8 yang bagi dia cukup berat karena mata pelajaran IPA masih sulit dimengerti dan memahami apalagi setiap nilai TO dibawah nilai standar.

Rutinitas pertemuan yang kita lakukan juga dilakukan oleh 2 orang siswa kebetulan teman sekelasnya namun dengan mata pelajaran yang berbeda. Masing-masing mendapatkan guru pembimbing pada mata pelajaran tertentu yang dibimbing oleh guru bahasa inggris dan guru bimbingan konseling.

Seiring berjalannya waktu saya sedikit mendapatkan kabar istilah “daddy” (bapak kalau dalam bahasa indonesianya) dan secara spontanitas kedekatan kita dengan siswa binaannya masing-masing terlebelisasi bapak dengan anak atau sebutan “daddy”. Ini merupakan hal yang pertama bagi saya, ketika ada siswa yang berharap sosok bapak di sekolah dan kita dipercaya untuk menjadi bapak-bapak mereka, maka menjadi penggerak buat kita sebagai daddy-daddy mereka untuk mengorbankan sedikit waktu, memotivasi, mengarahkan dan memasang target tertentu khususnya menghadapi UN 2010. Saya pun berdiskusi dengan salah satu daddy mereka guru bahasa inggris dan beliau memberikan arahan untuk terus memantau perkembangan mereka hingga menjelang UN.

Tibalah saat menjelang UN 2010 saya mendapat tugas mengawas pada satu sekolah dekat Halim Jakarta Timur. Setelah selesai ngawas saya berkumpul bersama pengawas-pengawas lainnya sebagai penutupan hari teriakhir UN, Disela-sela acara penutupan saya mendapatkan sms dari siswa binaan saya bahwa dia dapet SMS Jawaban. Lalu saya bertanya terus gimana? Kamu ngikutin tidak jawabannya? Dia menjawab:” SMS saya hapus dan saya mengerjakan dengan kemampuan saya sendiri”tulisnya . Alhamdulillah, lega perasaan saya membaca sms nya, membanggakan dan cukup membuat bendungan air dikelopak mata saya waktu itu. Akhirnya saya bergegas menghidupkan motor smash kesayangan saya untuk menuju sekolah bertemu dengannya.

Tibalah saat pengumuman kelulusan UN, ketika lembaran nama-nama peserta ujian beserta nilai terhampar di meja saya. Dengan berdebar-debar mencari namanya dapat juga ,rata_rata nilai 7,75. Alhamdulillah itu hasil kerja kerasnya sendiri. Walau untuk nilai tersebut agak berat masuk sekolah negeri di wilayah Jakarta Timur. Keinginannya untuk masuk SMA 106 kian redup. Ini terlihat dalam situs resmi Pemda DKI untuk PSB(Penerimaan Siswa Baru )makin hari posisinya merosot dan akhirnya terlempar jauh. Masuk ke pilihan kedua SMA 104 juga sama. Tiap hari bahkan tiap detik posisinya makin turun. Pesimis dan kegalauan menyelimuti kami, was-was dan penuh ketidakpastian. Akhirnya dengan kuasa Allah dan terakhir pengumuman, posisi namanya berada iposisi akhir peserta yang lulus di SMA 104.

Pertolongan Allah datang tatkala berani jujur dalam ujian dan sportifitas dengan nilai apa adanya itu. Rasa syukur mengema melihat wajah kegembiraan saat berhasil mendapatkan sekolah negeri. Tahun demi tahun terlewati akhirnya siswa tersebut masuk pada jurusan IPS yang tadinya saya mau arahkan ke IPA biar sama kayak “daddy” nya.Tapi rendahnya nilai IPA membuat dia harus memilih IPS dan ternyata bakat dan minatnya jurusan IPS ekonomi mengasah bakat dan minatnya dengan cita-cita menjadi pengusaha.Prestasi demi prestasi akademiknya jelas terlihat dari nilai yang cukup membanggakan pada raport hasil belajarnya. Saat ini dia memasuki kelas 12 dan berkeinginan untuk masuk ke UI jurusan Ekonomi dan Melanjutkan ke Manchester untuk kuliah dengan jurusan bisnis. Semoga apa yang dicita-citakan dimudahkan oleh Allah. Aamiin

0 komentar:

Posting Komentar