Minggu, 07 Juli 2013

Guru Gokil Buat Battle Dance, Murid Unyu Jago Dance

Ini adalah tulisan lama saya, yang pernah saya posting di kompasiana dan saya ingin berbagi pengalaman saya sebagai guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri 33 Jakarta. Berawal dari ikut kegiatan Teacher Writing Camp terutama pada materi ” Guru Gokil Murid Unyu”. Saya ingin bercerita tentang pengalaman saya ketika berinteraksi dengan siswa untuk mengajarkan apa itu sportifitas dan bagaimana menghargai pendapat orang lain.Kegiatan ini saya videokan dan saya upload keadalam youtube

Maraknya budaya K-POP dikalangan anak muda di Indonesia merambah masuk kedunia pendidikan. Wajah tampan ,vokal musik dan panggung yang spektakuler membuat magnet bagi beberapa anak-anak muda. Perbincangan bahkan hal-hal yang berhubungan pernak-pernik koleksi apapun tentang K-POP hampir tiap hari terdengar. Suatu kebanggan luar biasa tak kala mereka mengungkapkan bahasa-bahasa korea walau pun mengutip dari beberapa lirik lagunya.
Ini pengalamaan pertama saya sebagai guru dan memiliki kesan tersendiri bagi saya. Ketika guru perlu masuk kedunia mereka, mempelajari hal-hal apa yang jadi trend terutama K-POP ini membuat saya juga tersihir menyukai beberapa lagu. Bahkan dancenya pun sedikit saya belajar agak sulit tapi asik.
Nah saat saya masuk kedunia mereka, saya semakin dekat dengan mereka. Banyak hal yang saya pelajari tentang karakter mereka. Berawal dari beberapa siswa kelas yang melabelisasi kelompok mereka di sekolah sebagai ELF (komunitas Fans Super Junior). Fanatisme yang tidak tepat, tatkala ada beberapa ade kelas (baca:yunior) menyukai KPOP seperti mereka membuat gerah beberapa diantara mereka ,gempuran serangan di jejaring sosial (twitter) terlihat sekali dan tak jarang membawa nama saya yang kebetulan saya follow mereka. Berbagai komentar di twitter saya copy tweet mereka sebagai bahan pembelajaran. Ungkapan bahwa yunior TIDAK PUNYA HAK untuk jadi ELF dilingkungan sekolah dan memberi stigma mereka adalah ELF PALSU.
Langkah berikutnya adalah saya kumpulkan mereka (senior dan yunior) kemudian bicarakan tentang hal itu dengan baik dan hasilnya MEREKA siap BATTLE DANCE sebuah istilah yang baru bagi saya. disepakatilah beberapa hal seperti waktu tempat dan teknik acaranya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak saya inginkan saya berkoordinasi dengan waka kesiswaan dan beberapa guru untuk mengontrol jalannya acara.
Akhirnya BATTLE DANCE pun berlangsung bahkan ketika satu lagu selesai mereka tidak puas dan meminta lagu yang lainnya hingga mereka lelah sendiri dan berakhir dengan bersalam-salaman. Dan akhirnya mereka bergabung bersama untuk membuat komunitas positif dan sportif lagi. Pelajaran buat saya, ternyata mereka itu hanya butuh apresiasi akan hobi dan minat mereka tersalurkan. Arus budaya timur tidak dapat dibendung, tapi apakah kita harus keras untuk melarangnya?

0 komentar:

Posting Komentar