Memasuki akhir tahun pelajaran
2010/2011 dimana beberapa bulan lagi siswa kelas 9 akan menghadapi ujian
penentuan kelulusan melalui Ujian Nasional, saya dapat jam tambahan mengajar
kelas 9 untuk mata pelajaran fisika, saya mendapatkan satu kelas yaitu kelas
9.2. Mendapatkan tugas mengajar kelas 9 memiliki arti dan tantangan tersendiri
buat saya yang merupakan guru baru waktu itu. Berbekal pengalaman mengajar di
STM yang mayoritas siswanya laki-laki jadi bekal dan modal buat saya menghadapi
karakter siswa kelas 9.
Singkat cerita , dan menjadi awal
dan kisah lain yang ingin saya ceritakan dan ini menjadi pengalaman saya
sebagai guru walau saya sadar hanya bisa menjadi guru yang hanya mengajar
materi, sedikit motivasi dan sedikit menjadi teman buat mereka. Untuk menjadi
teladan bagi mereka sepertinya masih jauh sekali apalagi terbiasa mengajar di
bimbingan belajar masih melekat sedikit ceplas-ceplos
sama siswa layaknya teman sebaya.
Selain mengajar saya juga bertugas menjadi petugas piket,
atas kebijakan kepala sekolah setiap petugas piket di tempatkan masing-masing
setiap lantai. Tahun itu petugas piketnya berjumlah tiga orang setiap harinya.
Saat giliran di lantai 3 saya duduk sendiri ,bertemankan
buku soal-soal fisika untuk SMP, tiba-tiba ada seorang siswi menghampiri dengan
menjinjing buku yang pada akhirnya saya tahu buku tersebut adalah soal -soal UN
SMP. “Pak ajarin saya fisika dunk, saya lemah banged di fisika “.Sambil meletakan
bukunya di atas meja piket dengan nada memelas akhirnya saya menyanggupi
apalagi tampak dari raut wajahnya penuh keseriusan untuk belajar.
Akhirnya disepakati tempat sehabis pulang sekolah sekali
dalam seminggu, kita belajar di masjid sekolah. Sebagai pertemuan awal saya
memasang target nilai untuk mata pelajaran IPA dengan nilai 8 yang bagi dia
cukup berat karena mata pelajaran IPA masih sulit dimengerti dan memahami
apalagi setiap nilai TO dibawah nilai standar.
Rutinitas pertemuan yang kita lakukan juga dilakukan oleh 2
orang siswa kebetulan teman sekelasnya namun dengan mata pelajaran yang
berbeda. Masing-masing mendapatkan guru pembimbing pada mata pelajaran tertentu
yang dibimbing oleh guru bahasa inggris dan guru bimbingan konseling.
Seiring berjalannya waktu saya sedikit mendapatkan kabar
istilah “daddy” (bapak kalau dalam bahasa indonesianya) dan secara spontanitas
kedekatan kita dengan siswa binaannya masing-masing terlebelisasi bapak dengan
anak atau sebutan “daddy”. Ini merupakan hal yang pertama bagi saya, ketika ada
siswa yang berharap sosok bapak di sekolah dan kita dipercaya untuk menjadi
bapak-bapak mereka, maka menjadi penggerak buat kita sebagai daddy-daddy mereka
untuk mengorbankan sedikit waktu, memotivasi, mengarahkan dan memasang target
tertentu khususnya menghadapi UN 2010. Saya pun berdiskusi dengan salah satu
daddy mereka guru bahasa inggris dan beliau memberikan arahan untuk terus
memantau perkembangan mereka hingga menjelang UN.
Tibalah saat menjelang UN 2010 saya mendapat tugas mengawas
pada satu sekolah dekat Halim Jakarta Timur. Setelah selesai ngawas saya
berkumpul bersama pengawas-pengawas lainnya sebagai penutupan hari teriakhir
UN, Disela-sela acara penutupan saya mendapatkan sms dari siswa binaan saya
bahwa dia dapet SMS Jawaban. Lalu saya bertanya terus gimana? Kamu ngikutin
tidak jawabannya? Dia menjawab:” SMS saya hapus dan saya mengerjakan dengan
kemampuan saya sendiri”tulisnya . Alhamdulillah, lega perasaan saya membaca sms
nya, membanggakan dan cukup membuat bendungan air dikelopak mata saya waktu
itu. Akhirnya saya bergegas menghidupkan motor smash kesayangan saya untuk
menuju sekolah bertemu dengannya.
Tibalah saat pengumuman kelulusan UN, ketika lembaran
nama-nama peserta ujian beserta nilai terhampar di meja saya. Dengan
berdebar-debar mencari namanya dapat juga ,rata_rata nilai 7,75. Alhamdulillah
itu hasil kerja kerasnya sendiri. Walau untuk nilai tersebut agak berat masuk
sekolah negeri di wilayah Jakarta Timur. Keinginannya untuk masuk SMA 106 kian
redup. Ini terlihat dalam situs resmi Pemda DKI untuk PSB(Penerimaan Siswa Baru
)makin hari posisinya merosot dan akhirnya terlempar jauh. Masuk ke pilihan
kedua SMA 104 juga sama. Tiap hari bahkan tiap detik posisinya makin turun.
Pesimis dan kegalauan menyelimuti kami, was-was dan penuh ketidakpastian.
Akhirnya dengan kuasa Allah dan terakhir pengumuman, posisi namanya berada
iposisi akhir peserta yang lulus di SMA 104.
Pertolongan Allah datang tatkala berani jujur dalam ujian
dan sportifitas dengan nilai apa adanya itu. Rasa syukur mengema melihat wajah
kegembiraan saat berhasil mendapatkan sekolah negeri. Tahun demi tahun
terlewati akhirnya siswa tersebut masuk pada jurusan IPS yang tadinya saya mau
arahkan ke IPA biar sama kayak “daddy” nya.Tapi rendahnya nilai IPA membuat dia
harus memilih IPS dan ternyata bakat dan minatnya jurusan IPS ekonomi mengasah
bakat dan minatnya dengan cita-cita menjadi pengusaha.Prestasi demi prestasi
akademiknya jelas terlihat dari nilai yang cukup membanggakan pada raport hasil
belajarnya. Saat ini dia memasuki kelas 12 dan berkeinginan untuk masuk ke UI
jurusan Ekonomi dan Melanjutkan ke Manchester untuk kuliah dengan jurusan
bisnis. Semoga apa yang dicita-citakan dimudahkan oleh Allah. Aamiin